oleh: Drs Rusydi Rusyid MA
“……. dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebahagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? …….” (Terjh QS Al-Hujurat [49]: 12)
Baruak adalah bahasa Minang. Bahasa Inggeris-nya “southern pigtail macaque.” Dalam bahasa Indonesia baruak dipanggil Beruk.
Beruk itu cerdik dan aneh sekaligus buruk. Beruk cerdik karena kemampuannya memetik kelapa, setinggi apapun pohon kelapa itu. Sehingga ada orang yang memanfaatkan kecerdikan beruk sebagai sumber pencaharian. Bahkan ada “Sekokah Tinggi Ilmu Beruk (STIB)”.
Beruk itu aneh. Beruk aneh karena tidak berbandrol mulutnya untuk tidak mencibirkan siapa saja yang melihat kepadanya. Tidak peduli orang kaya, orang miskin, pejabat, rakyat biasa, orang tua, anak-anak bahkan Ustadz sekalipun tidak luput dari cibiran baruak.
Beruk itu buruk. Buruknya beruk melahirkan beberapa peribahasa seperti.
- Perangai bagaikan perangai beruk (buruk parangai)
- Berhakim kepada beruk (minta pertimbangan kepada orang yang rakus)
- Mukanya muka beruk
- Anak dipangku dilepaskan, beruk di rimba disusukan (suka mengurus urusan orang lain, lupa urusan diri sendiri)
- Bertukar beruk dengan cigak
- Dilengah dimabuk beruk (asyik dengan sesuatu yang tidak ada manfaatnya)
- Sepanjang tali beruk (membosankan)
- Angkutan cigak-baruak (campur-aduk tidak seharusnya: Minang)
Jauhilah sifat/perilaku aneh dan buruk seperti beruk. Ingat! Pendengaran, penglihatan dan hati nurani akan diminta pertanggungjawabannya kelak (QS Al-Isra’ [17]: 36).
Cadieknyo baruak, pamanjek karambie.
Buruknyo baruak ndak beranti mancibie.
Terima kasih
(RR)
0 Comments